Rabu, 09 September 2009

Krisis Keuangan Global, Derita perih dari Kapitalis

Oleh : rizqi awal 21 Oct 2008 - 6:00 am

Oleh: Rizqi Awal Nabhani Az-Zain Rahman al-Palembani *
Akhir-akhir ini dunia diguncang dengan krisi dahsyat, dengan di awali dari krisis kredit macet perumahan dipertengahan 2007 (subprime Mortage) yang melanda perusahaan besar seperti Bear Stearns, Morgan Stanley, dan Merryll Linch. Bahkan secara lugas krisis saat itu juga merembet dan merambah ke beberapa perbankan dunia termasuk Citigroup yang merupakan induk perusahaan dari Citibank. Akibatnya, mulai adanya system keanehan dalam pasar modal, kenaikan BBM yang semakin tak terkendali serta dan keraguan para investor dalam penanaman modal. Pemerintah USA melalui menteri keuangan berupaya memberikan bantuan kepada perusahaan Merill Lynch untuk dapat diselamatkan. Maklum usut punya usut perusahaan ini berperan besar dalam memuluskan langkah George W. Bush dan salah satu menterinya memiliki kepemilikan modal di perusahaan ini. Namun, hal ini tidak dapat menolong Merill Lynch dari kebangkrutan. Sehingga pada 15 September 2008 Bank of America mengakuisisi perusahaan ini. Yang mengejutkan Lehman Brothers (Big Five Security Company) megumumkan kebangkrutannya di September 2008. Akibatnya perusahaan yang memegang peranan penting simpanan obligasi ini (Security Company) berperan besar dalam ketidakstabilan bursa-bursa saham di seluruh dunia.

Krisis Keuangan global ini telah membawa efek domino yang akan mengguncang seluruh negeri, terutama pada sector non-riil. Namun, krisis seperti ini bukanlah pertama kalinya terjadi. Tahun 1720, dikenal dengan krisis South Sea di mana pada saat itu Negara-negara imperialis terguncang bermasalahnya Perusahaan South Sea yang saat itu di sebut king of investasi Company karena banyaknya masyarakat eropa dan amerika berani menanamkan investasi di perusahaan ini. Akibatnya harga saham mereka jatuh menajdi 150 poundsterling/saham di bulan September 1720 dari bulan sebelumnya yang bernilai 1.000 poundsterling/saham. Krisis 1987, yang ditandai rontoknya IHSG (index harga saham gabungan) Dow Jones jatuh 22% pada tanggal 19 Oktober 1987, yang kemudian berlanjut ke Eropa dan Jepang. Krisis pada tahun 1997-1999 yang ditandai dengan penarikan besar-besaran investasi di asia tenggara oleh para spekulan berakibat penarikan unag dollar secara besar-besaran dan mulai anjloknya saham-sahma di Negara-negara maju. Krisis tahun 2000 yang terkenal dengan krisis DotCom yaitu menaiknya saham perusahaan-perusahaan internet diantaranya AOL dan Amazon. Akibatnya investasi luar biasa dan menguntungkan terjadi kepada perusahaan-perusahaan ini. Namun, pada tahun 2002 tepatnya bulan Oktober bursa NASDAQ mengalami penurunan harga indeks hingga 78 %.

Solusi Islam Dalam Krisis Keuangan Global.
Perbincangan hangat Todays Dialogue yang bertema Runtuhnya Sistem Ekonomi Kapitalis telah membuka mata cakrawala kita betapa bobroknya system Ekonomi Kapitalis ini. Betapa tidak, Rizal Mallarangeng (Direktur Freedom Institut) mati kutu saat ia ingin mempertahankan Liberalisme sebagai ideology dan system terbaik. Henry Spaarini (Pengamat Ekonomi Syariah) menganggap sudah saatnya kita jujur bahwa system kapitalis ini rusak. Krisis yang berulang-ulang ini akan terus terjadi selama system kapitalis masih dipelihara. Tun Kelana Jaya (motivator ulung dan Lajnah Siyasiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia) berujar sudah selayaknya Indonesia bahkan dunia menerapkan system ekonmi syariat Islam. Kenapa harus Ekonomi Syariat ??? Karena pada dasarnya islam tidak pernah mengenal system ekonomi non-riil yang bathil dan kufur. Uang yang beredar hanyalah kertas-kertas obligasi kosong yang tidak mampu menyelamatkan kondisi ekonomi yang riil yang ada. Bahkan islam telah jelas melaknat diadakannya riba.

“Allah telah menghalalkan jual-beli, dan mengharamkan riba.” (TQS Al.BAqoroh:275)
Pengertian riba ini bersifat umum sehingga kredit yang menggunakan aturan riba ataupun apapun itu yang berbuah riba islam melarangnya.

Perekonomian Islam, melarang penjualan komoditi sebelum dikuasia penuh oleh penjualnya, sehingga haram hukumnya menjualkan barang yang tidak menajdi milik si penjual. Islam pula melarang kepemilikan individual terhadap kepemilikan umum seperti barang tambang, air dan padang rumput dan hutan. Sehingga tidak ada perseorangan yang kaya dari hasil kekayaan perusahaanya yang mengolah minyak ataupun emas. Islam pun menjadikan emas dan perak menjadi standar mata uang bukan dengan dollar maupun euro yang selalu fluktuatif perubahannya.

Inilah Islam. Islam menjamin kehidupan msyarakat dengan adanya perbantuan pada baitul mal tanpa adanya bunga ataupun riba akibat pinjaman. Islam juga menuntun kita agar melakukan pekerjaan-pekerjaan dan berdagang dalam hal-hal yang nyata sehingga perputaran keuangan yang ada bersifat nyata. Islam pun menggatikan riba dan digantikan dengan system bagi hasil. Hasilnya Perbankan Syariah stabil dibandingkan dengan perbankan konvensional yang kebanyakan menyimpan dan menggunakan dananya untuk dikutkan dalam bursa saham.

Maka, sudah selayaknya kita campakkan kekufuran ini, sudah selayaknya kita menjadikan islam sebagai system hidup kita. Sudah saatnya kita singsingkan lengan kita untuk menyelamatkan ummat, dengan islam dan tidak disibukkan dengan urusan demokrasi yang sebenarnya telah menjadi biang kerok dan teman baik Kapitalisme.

* (Direktur Light Institut, Manajer Kominfo DKM Unpad, Trainer Manhaj Istiqomah, syabab HTI)

contact: rizqi_group@yahoo.co.id

This Article Posted by : rizqi awal
Date : 21 Oct 2008 - 6:00 am

Tidak ada komentar:

Template Design by faris vio