Senin, 14 September 2009

Bau Intelijen pada Pilpres 2009

2 Juli 2009, 4:58 am


“Black campaign” merupakan bagian dari operasi intelijen. Merupakan permainan jenderal yang terlibat dalam timses,” ujar pengamat

Pernyataan ini disampaikan pengamat politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit. Ia mengatakan, Pilpres 2009 dipenuhi keterlibatan operasi intelijen, padahal pada Pilpres sebelumnya tidak ada intelijen yang terlibat begitu nyata. Menurut Arbi Sanit yang ditemui di sela-sela Diskusi Panel ICMI Sumsel, Selasa (30/6), hal itu terjadi karena banyak pensiunan jenderal atau mantan anggota TNI yang bergabung dalam timses capres-cawapres. “Masing-masing pasangan capres-cawapres punya barisan purnawirawan jenderal yang ahli intelijen,” kata Arbi yang ditemui di Sandjaja. Dikatakan, tumbuhnya keterlibatan intelijen pada pilpres kali ini dinilai tidak baik untuk perkembangan demokrasi di Indonesia. Pola-pola intelijen seperti black campaign atau intimidasi, dinilai dapat dipergunakan masing-masing pasangan calon untuk meraih suara dari pemilih. “Black campaign itu merupakan bagian dari operasi intelijen. Itu merupakan permainan jenderal yang terlibat dalam timses,” ujarnya. Arbi mencontohkan bahwa isu isteri Boediono beragama Katolik bisa jadi adalah permainan intelijen sebagai black campaign. Masing-masing pasangan capres-cawapres berkepentingan memainkan isu tersebut untuk kepentingan kelompok masing-masing. “SBY punya kepentingan agar Pilpres bisa berlangsung satu putaran. Tetapi pasangan lain punya kepentingan agar tidak satu putaran Pilpres,” kata Arbi Sanit. [srp/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Template Design by faris vio